Headlines
Loading...
Pak, Rindu Itu Ternyata Masih Ada

Pak, Rindu Itu Ternyata Masih Ada


Oleh. Rina Herlina 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَوَصَّيْنَا الْاِ نْسٰنَ بِوَا لِدَيْهِ ۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَا مَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَا لِدَيْكَ ۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS. Luqman 31: ayat 14)

Melalui ayat yang mulia ini, Allah perintahkan kita untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tua. Selama mereka tidak menyuruh kita menyekutukan-Nya. Karena wasilah merekalah kita terlahir ke dunia. Mereka membesarkan kita dengan penuh perjuangan yang luar biasa. Tidak jarang, mereka harus mengorbankan banyak hal demi buah hatinya bisa hidup aman dan nyaman. Begitu istimewanya peran orang tua, dedikasinya sungguh luar biasa.

Dalam kisahku kali ini, akan lebih banyak bercerita tentang sosok bapak. Ya, Bapak, meski aku merasa tidak terlalu banyak kisah manis yang tercipta antara aku dan Bapak. Namun, walau bagaimanapun tanpa sosoknya, aku tidak akan pernah terlahir ke dunia. Darahnya mengalir dalam tubuhku, aku tidak bisa memungkiri itu.

Hubunganku dengan Bapak sedikit rumit. Itulah kenapa aku sering kali kesulitan jika harus bercerita tentang sosok Bapak. Mungkin karena karakter Bapak cenderung keras, sehingga sulit bagiku untuk dekat dengannya. Meski begitu, aku yakin Bapak menyayangiku. Hanya saja kami memang tidak begitu dekat secara zahir. Ini karena dalam upayanya mendidikku, sering kali Bapak terkesan kasar. Inilah yang membuatku mengambil jarak dan merasa Bapak tidak menyayangiku seperti dirinya menyayangi kedua adik laki-lakiku.

“Pak, semasa kecil aku sering merasa Bapak itu bukan bapakku. Aku merasa Bapak pilih kasih. Kenakalanku dahulu adalah bentuk protesku atas sikapmu, Pak. Aku juga ingin mendapat perhatianmu. Tapi kenapa Bapak begitu keras kepadaku. Aku selalu tampak salah di hadapan Bapak. Aku merasa Bapak seperti itu. Maafkan aku, Pak, tapi ini yang aku rasakan sejak dahulu.”

Aku rindu kasih sayang Bapak, seperti halnya anak-anak perempuan lain seusiaku yang selalu mendapatkan curahan kasih sayang. Aku juga ingin dipeluk Bapak dan diberikan apresiasi saat aku berhasil menjadi juara kelas kala SD dahulu. Tapi, aku sering kali kecewa, karena jangankan memeluk, Bapak sering kali tidak bisa hadir saat acara kenaikan kelas dan pembagian rapor.

Ah, Pak, ya sudahlah. Waktu tidak bisa diulang. Sekarang putrimu ini sudah berusia tiga puluh delapan tahun. Putrimu sudah menjadi seorang ibu. Dan belajar dari kisah masa kecilku dahulu, aku tidak ingin seperti Bapak yang jarang sekali ada untuk anaknya. Aku belajar dari pengalamanku. Aku tidak ingin mengecewakan anak-anakku. Aku ingin menjadi orang tua yang baik untuk mereka semampuku. Maafkan aku, Pak, tapi begitulah selama ini yang aku rasakan. Meski begitu, aku sudah memaafkan dan berdamai dengan masa lalu. Aku menyayangimu dan kelak di masa tuamu, aku ingin mengabdikan diri untuk merawatmu.

Sekarang usiamu semakin senja. Beragam penyakit telah menggerogoti tubuh senjamu. Bahkan, pendengaranmu sudah sangat menurun. Semakin sulit melakukan komunikasi denganmu, Pak. Saat aku menelepon karena ingin meminta doamu terkait keikutsertaanku pada challenge¹ ini saja, panggilanku tidak diangkat. Berkali-kali aku coba mengulang panggilan, tetap saja nihil.

Aku tahu bukan Bapak sedang marah, tapi lebih kepada pendengaran Bapak yang sudah tidak berfungsi dengan baik. Pak, maafkan anakmu karena sampai hari ini belum bisa membahagiakan secara finansial. Semoga dengan mengikuti challenge kurban SSCQ, Allah berkenan memberi kesempatan kepada putrimu ini untuk bisa memberikan sedikit tanda cinta untukmu.

Pak, jarak kita sekarang lumayan jauh. Karena aku harus ikut suami dan mengabdikan diri kepadanya. Meski tetap bisa saling berkomunikasi karena kecanggihan teknologi, tetap saja selalu ada ruang yang tetap kosong karena sebuah rindu. Ya, aku rindu, Pak. Putrimu ini tetap merindukanmu, meski apa pun yang telah terjadi di antara kita dahulu. 

Aku tetap bersyukur karena memiliki sosok ayah, dibandingkan teman-temanku yang lain yang harus menjadi yatim sejak kecil. Aku tetap bersyukur meski di antara kita sering kali ada pertengkaran, dibandingkan anak-anak lain di luar sana yang jelas-jelas tidak diinginkan kehadirannya.

Apalagi sekarang, putrimu ini sudah belajar mendalami Islam. Ya, Pak, aku sekarang sudah mengkaji Islam secara kafah dan menjadi tahu, bahwa Islam menyuruh kita untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tua. Selama kalian sebagai orang tua tidak pernah menyuruhku untuk berbuat maksiat, maka wajib bagiku untuk selalu memuliakan kalian. Aku mencintai kalian karena Allah. Ya, karena Allah memerintahkan ini, maka tidak ada alasan bagiku untuk tidak menaati-Nya.

Pak, doakan selalu anakmu ini. Semoga bisa menjadi anak yang bermanfaat untukmu baik di dunia maupun di akhirat kelak. Doakan agar bisa menghadirkan kebahagiaan dan menjadi sumber kebahagiaan. Aku selalu ingin membahagiakan kalian dengan limpahan materi, namun Allah belum menghendakinya. Maka, lewat jalan mengikuti challenge ini, aku sangat berharap bisa memberikan sedikit kebahagiaan untukmu, Pak. Semoga Allah meridai niat baik ini. Pak, tugasku hanya berupaya dengan maksimal, selebihnya biarkan Allah yang menentukan apakah aku layak menjadi pemenang dan apakah Allah rida dengan niat baikku ini?

Tulisanku memang masih sangat sederhana, Pak. Aku hanya modal nekat saja. Namun, sebelum menuliskan kisah kita ini, aku sudah bermunajat kepada-Nya. Aku selalu ingat pesan guruku. Kata beliau, setiap mau melakukan apa pun, baiknya selalu libatkan Allah. Karena tanpa bantuan Allah, kita tidak akan mampu melakukan apa pun, bahkan meski hanya untuk membaca satu ayat Al-Qur'an.

Pak, aku tahu Bapak selalu menyimpan keinginan untuk berkurban. Di kampung kita hampir tidak pernah ada yang bisa berkurban. Impitan ekonomi yang mendera nyaris semua kalangan, membuat ibadah yang satu ini, sangat sulit dilakukan. Apalagi kampungku berada di pelosok, jauh dari pusat kota, sehingga perekonomian masyarakatnya memang tidak menentu. Ah, semoga saja ya, Pak, Allah mengabulkan apa yang menjadi cita-cita putrimu ini. 

Kita harus optimis ya, Pak, aku menyayangimu. Aku ingin menjadi anak yang berguna untukmu. Aku ingin membuatmu bangga. Terima kasih karena sudah menjadi seorang ayah bagiku. Seperti apa pun hubungan kita dahulu, aku tetap bersyukur karena memilikimu. Semoga Allah selalu menjaga dan membimbingmu pada jalan ketaatan. Semoga hari-harimu selalu diliputi dengan kebahagiaan. Amin. 

"Rabbanaghfirli wa li waalidayya wa lil mukminiina yauma yaquumul hisaab."

Artinya: “Ya Tuhan kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku, dan seluruh orang-orang beriman pada hari perhitungan.” [Ni]

Payakumbuh, 16 Mei 2025

Baca juga:

0 Comments: