Headlines
Loading...

Oleh. Anindya Vierdiana
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Baru-baru ini #IndonesiaGelap ramai menjadi perbincangan hangat di jagat maya. Tagar Indonesia gelap tersebut pun tampak menggema di berbagai daerah. Ada apa dengan Indonesia?

Tagar #IndonesiaGelap trending di media sosial sebagai bentuk protes atas berbagai permasalahan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia, termasuk kelangkaan gas, pemotongan anggaran, dan maraknya mafia tanah. Pada media sosial X (Twitter) tagar #IndonesiaGelap 17/2/2025 (liputan6.com) dengan ribuan unggahan yang membahas aksi protes terhadap kebijakan pemerintah. Isu ini kemudian ramai direspon netizen sebagai cerminan keresahan masyarakat atas berbagai kebijakan yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat.

Dalam pergantian pemimpin baru, tentu saja akan banyak harapan rakyat yang disandarkan. Bersama dengan untaian angan yang membumbung, berharap segala kesulitan dan derita rakyat didengar kemudian diselesaikan. Namun, pemerintah dengan bermacam kebijakan nyatanya justru membuat rakyat semakin menjerit. Mirisnya, kekecewaan rakyat terus-menerus berulang dari pemimpin sebelum-sebelumnya. Kenaikan harga dan bermacam kebijakan di berbagai sektor selalu mewarnai pergantian pemimpin.

Pergantian rezim sejatinya tidak memberikan perubahan seperti yang diharapkan masyarakat. Sebab sekali pun puluhan kali bahkan ratusan kali berganti rezim, jika landasan suatu negara yang diadopsi adalah sistem kufur, yaitu sistem sekuler kapitalisme dengan politik demokrasi, maka meskipun dipromosikan dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan masyarakat, tetapi faktanya terus menumbuhkan masalah baru.

Sistem sekuler kapitalisme demokrasi ini memelopori para pemimpin dalam membuat kebijakan yang tunduk pada kepentingan oligarki. Perlu diingat bahwa politik demokrasi merupakan kedaulatan yang berada di tangan rakyat, itu artinya rakyat atau manusia yang berhak membuat aturan. Nah aturan ini dibuat oleh orang-orang yang dianggap sebagai wakil rakyat. Wakil rakyat yang dinilai sebagai perpanjangan tangan rakyat untuk menyalurkan aspirasi rakyat.

Pertanyaannya, rakyat yang mana? Di sinilah oligarki yang berstatus rakyat juga bermain. Membuat aturan sendiri yang memihak kepentingan mereka tanpa peduli akan kepentingan rakyat yang sebenarnya.

Sistem Islam Cahaya Terang

Banyak persoalan yang kompleks terjadi dalam kehidupan yang tak tersolusikan, ini merupakan bukti dari salahnya dalam pengambilan aturan sebagai landasan. Oleh karena itu, sudah seharusnya sistem kufur ini ditinggalkan dan beralih pada sistem Islam. Kenapa demikian?

Dalam aturan Islam, syariat Islam merupakan sumber dari pembuatan undang-undang. Sehingga untuk mengatasi semua persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat akan dikembalikan pada hukum Islam sebagai pemutus. Pemerintah yang akan mengadopsi hukum syarak dalam berbagai kebijakan dan bertanggung jawab menyampaikan argumentasi yang syar'i. Sementara rakyat akan diberikan kesempatan untuk mengoreksi dengan standar syariat yang sama. Maka dengan metode seperti ini, kemungkinan pihak lain untuk melenggang dengan leluasa demi kepentingan individu atau kelompok dalam membuat aturan sendiri tidak akan ada.

Demikian, sudah seharusnya kegelapan ini diakhiri dengan kembali pada cahaya Islam yaitu syariat Islam yang menjadi penerang bagi manusia dan seluruh alam semesta. Sebagaimana firman Allah :
"Alif, laam raa (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (TQS. Ibrahim: 1) [Ni]

Baca juga:

0 Comments: