Challenge Motivasi
Oleh. Sri Ratna Puri
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain." [QS. Ali-Imran:195].
*
Tahukah kawan, Islam datang membawa kemerdekaan. Dulu, saat Islam belum diturunkan, kondisi manusia ada dalam kebodohan. Tak hanya di negeri Arab, di Eropa, Afrika, Amerika, Australia, hingga Asia, sama. Sampai-sampai, tak bisa mendefinisikan apakah kaum wanita sebagai manusia atau benda, wanita termasuk binatang apa?
Kaum wanita diperlakukan semena-mena, di luar batas norma-norma manusia. Wanita dihina, dinista, tak diakui keberadaannya. Wanita bisa diperjualbelikan, jadi persembahan, juga diwariskan. Jangan tanya terkait hak pendidikan, pernafkahan, kaum wanita tak berhak sama sekali.
Bagaimana dengan di Nusantara? Jawabannya sama saja. Bahkan, di foto-foto dokumentasi didapati, bagaimana wanita-wanita-wanita pribumi dari trah menengah ke bawah. Mereka tak diperkenankan memakai busana. Meski sekedar untuk menutupi wilayah dada.
Namun ketika Islam diturunkan, posisi kaum wanita dimuliakan. Bahkan surga saja, ada di bawah telapak kaki wanita. Islam menyebutkan, dari rahim wanitalah peradaban manusia tercipta. Itu adalah fakta.
Begitu istimewa keberadaan wanita. Tertutup auratnya dengan sempurna. Tidak diwajibkan bekerja. Ditanggung nafkahnya oleh kalangan pria. Aturannya membawa rahmat bagi semesta. Orang bijak berkata, jika wanita bahagia, maka keluarga akan merasakan kebahagiaan bak di surga. Masya Allah, Islam begitu luar biasa.
Kini, saat Islam aturannya ditinggalkan atau sekadar menjalankan ibadah ritual, wanita kembali dalam keterpurukan. Atas semboyan "emansipasi", wanita kehilangan jati diri. Para wanita merasa bangga bila bisa bekerja. Menitipkan anak pada orang tua, saudara, daycare, dan sebagainya. Parahnya, menutut kesejajaran posisi dengan kaum pria dalam hal kerja.
Mengurusi urusan rumah tangga, mendidik anak, dianggapnya kuno. Berbakti pada suami, dianggap patriarki. Ingin bebas sesuka hati. Urusan mati, bicarakan nanti. Toh nanti, aurat akan ditutupi. Begitu dahsyat pengaruh mindset sekuler kapitalis, mendewakan kebebasan yang kebablasan.
Sekarang, yang katanya zaman modern. Wanita dengan rela atau terpaksa menjadi budak harta. Mereka dengan sadar ataupun tidak, menjadi bagian komoditas yang menghasilkan pundi-pundi uang para penghamba dunia. Jadi iklan barang, jadi barang dagangan. Na'uzubillah tsumma na'uzubillah. Telah banyak korban berjatuhan, karena aturan Islam ditinggalkan.
Memang masih ada yang memegang aturan Islam, tapi skalanya orang per orang. Itu pun kondisinya seperti menggenggam bara. Dipegang salah, dilepas tambah salah. Beruntungnya, ada kabar gembira yang dijanjikan Rasul dan Allah Swt. Yakni, Islam akan berjaya untuk kali kedua. Artinya, wanita akan kembali pada posisi semula, yang dianugerahkan dari Rabbnya.
Tinggal sekarang, tugas kita memperjuangkan. Membangunkan kesadaran. Wanita harus berjuang, mengembalikan aturan Islam pada kehidupan. Karena saat itulah, wanita kembali pada kodratnya. Tak salah bila dikatakan, wanita merdeka hanya dengan Islam saja. Wallahualam.
Baca juga:

0 Comments: