Challenge Motivasi
Oleh. Netty al Kayyisa
Setiap manusia diciptakan oleh Allah menempati posisi masing-masing di dunia. Ada yang berposisi sebagai anak, orang tua, pemimpin, yang dipimpin, guru, murid, dan sebagainya. Masing-masing posisi memiliki tanggung jawab yang berbeda. Sebagai anak tentu berbeda tanggung jawabnya dengan orang tua. Jika orang tua harus merawat, membesarkan, memberikan kasih sayang dan memberikan pendidikan, sebaliknya anak juga memiliki tanggung jawab menyayangi orang tuanya, mengasihi dan merawat pada masa tuanya.
Allah memberikan akal kepada manusia untuk memahami tangung jawabnya ini, apapun posisinya. Allah memberikan akal yang mampu memahami apa saja hak dan kewajibannya pada posisi tersebut. Dengan akal, manusia juga bisa menentukan hukum atas perbuatan sebagaimana yang telah Allah tunjukan.
Hanya kadang akal kita kalah dan salah dalam memutuskan sesuatu apakah itu baik atau buruk. Akal kita kalah dengan nafsu yang membelenggu. Akal mengatakan tidak, tetapi nafsu menghendaki sebaliknya, maka kalahlah akal dengan nafsunya. Jatuhlah ia pada kemaksiatan yang Allah larang untuk melakukannya.
Akal juga kadang salah dalam memutuskan. Sesuatu yang menurut kita benar, ternyata belum tentu benar. Sesuatu yang kita anggap masuk akal, ternyata malah menyalahi aturan Allah. Sebaliknya sesuatu yang menurut kita tidak masuk akal, ternyata Allah mewajibkannya. Seperti Khil4f4h misalnya. Secara akal mana mungkin kepemimpinan satu untuk seluruh kaum muslim sementara untuk mengatur satu wilayah, satu RT saja sulitnya luar biasa, apalagi seluruh dunia. Tapi jika Allah sudah mewajibkannya, kita bisa apa selain taat dan memperjuangkannya. Di sinilah kadang akal salah, hingga membelenggu kita pada kesesatan, kemalasan, dan terpuruk menyedihkan.
Di sinilah kita perlu bijak dalam menempatkan akal. Akal bukan yang menentukan benar dan salah, baik dan buruk, terpuji dan tercela. Akal hanya sebagai alat untuk memahami ketentuan Allah maka akal juga harus tunduk pada aturan Allah. Merdekakan akal dan hati kita hanya untuk tunduk kepada-Nya. Tak perlu ragu atau bimbang. Merdekakan diri dari pikiran dunia yang melenakan. Merdekakan diri dari nafsu yang membelenggu kehidupan. Merdekakan diri dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah Sang Pemilik Kehidupan.
Wahai jiwa-jiwa yang terkekang hawa nafsu dunia, saatnya engkau lepaskan seluruh belenggu dunia. Fokuslah hanya menghambakan diri kepada-Nya. Hingga kita terjauhkan dari golongan yang di cela Allah dalam firman-Nya :
أَفَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلۡمٖ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمۡعِهِۦ وَقَلۡبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةٗ فَمَن يَهۡدِيهِ مِنۢ بَعۡدِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ٢٣
“Apakah kau pernah melihat orang menjadikan hawa nafsu sebagai ilah (Tuhan). Allah membiarkan tersesat dalam kesadarannya. Allah telah mengunci pendengarannya dan qolbunya, serta menutup pandangannya. Maka siapakah yang mampu menuntunnya ketika Alah sudah menyesatkannya. Tidakkah kalian ingat?” (QS Al-Jasiyah : 23)
Bagaimana, apakah Anda siap memerdekakan diri saat ini tanpa nanti?
Baca juga:

0 Comments: